Bali Journey “Tinggal di Ubud”

(INA)

Every day is holiday.

Ketika kamu tinggal di daerah yang banyak turis, tiap hari menjadi liburan. Ya gak?

 

Tak pernah pernah ada di benakku untuk tinggal di desa ini untuk waktu yang cukup lama.

Awalnya aku biasa saja tinggal di Ubud, tapi nampaknya semakin lama semakin jatuh cinta. Jadi ingat, saat dulu tinggal di Jakarta aku sering merasa homesick, padahal aku pulang ke Bogor tiap minggu. Berbeda di Ubud, aku lebih betah. Kenapa? Yuk simak ceritaku di bawah ini.

 

Tinggal sebagai pejalan kaki

Di Ubud ojek online tidak boleh beroperasi disini, karena banyak masih banyak yang menggunakan jasa taksi konvensional. Jika tidak seperti itu, maka uang kas desa akan berkurang.

Nampaknya susah sekali jika tidak memiliki kendaraan seperti motor dan mobil di Ubud. Itu hal yang tidak terpikirkan olehku semenjak datang ke desa ini.

Untungnya aku adalah seorang pejalan kaki yang cukup handal karena sudah berpengalaman semenjak di Bandung. Xixixi. Jadi, kekhawatiran itu tak menjadi penghalang bagiku untuk menjelajahi tempat ini.

Oh ya ini pemandangan setiap hari ketika ke kantor dengan berjalan kaki 😀 Terima kasih Yoga Barn sudah membuat shortcut path ini.

 

Untuk kendaraan yang bisa di temukan sekitar Ubud selain TAXI yang sangat mahal adalah bemo dan juga ada shuttle bus dari Monkey Forest (yang ini gratis loh).

Naik Sepeda

Sebetulnya naik sepeda di Ubud enak karena pemandangannya, namun yang paling tidak disukai adalah tanjakkannya. Aku hanya nyoba sekali sih… Harganya cukup mahal ya, 30K perhari.

Jpeg

 

Suasana

Ubud cukup tenang, setiap pagi aku dibangunkan oleh suara ayam yang berkokok. Seringkali sebelum alarm berbunyi aku sudah bangun. Tapi kadang-kadang suka keganggu sama orang yang lagi memanaskan motornya.

Aku tinggal di pusat keramaian desa Ubud, sehingga setiap hari aku bertemu dengan banyak turis mancanegara. Akupun sering dikira turis Cina atau Jepang. hihi.

Disini gangnya bagus karena unik-unik.

Jpeg

Udara di Ubud juga terbilang enak, aku tidur pakai kipas aja cukup sih, rasanya kayak di Bandung gitu deh, tapi bedanya disini ga lembab seperti Bandung. Perfect deh.

 

Diversity

Ga cuma manusianya yang beragam, tapi juga flora faunanya. Di Ubud bisa ketemu unggas dan juga burung yang aneh-aneh. Anjing berkeliaran di jalan. Kadang ditembok ada lebih dari 5 jenis serangga yang berbeda jalan-jalan menemaniku tidur. Lucu bangetlah dan bentuknya aneh-aneh deh. Untuk flora, wah jangan ditanya, cantik banget! Ke toko bunga aja jenisnya macam-macam.

Maaf tak ada fotonya 😦

 

Makanan

Namanya anak pelancong yang masih mencari pengalaman, jadi aku harus mengatur keuanganku sedemikian rupa agar bisa mencukupi kehidupanku dan uang liburan di Bali haha. Triknya adalah, pagi dan kalau bisa siang juga makan nasi bungkus (biasanya ada nasi campur, nasi kuning, nasi babi tapi aku males makan babi, dan bubur) yang harganya paling 5 ribuan-10ribuan. Malamnya aku coba menjelajahi kuliner-kuliner yang menarik disana (yang mayoritas harganya wow fantastis).

Eits, tapi ini berlaku cuma bulan pertama, bulan selanjutnya malah sudah bosan haha, kadang masak juga biar hemat. Makanan di Ubud banyak yang western tapi juga ada Indonesia.

Nah untuk makanan di ubud sendiri kalau beruntung bisa ketemu makanan mewah tapi murah (alias cocok kantong lokal). Aku juga ketemu restoran Jepang yang komplit dan enak banget tapi relatif murah dibanding restoran franchise. Selain itu, ada juga makanan Mexico, Cina, Italia, dll yang murah meriah. Jangan lupa untuk beli buah di Ubud, karena harganya cukup murah, apalagi alpukat dan buah naga.

 

 

What to buy?

Banyak sekali produk yang dibuat secara home made disini. Selai home made, mi home made, salad home made, tas home made, kalung home made, dan lainnya. Selain makanan, karya seni kayu, patung, lukisan juga banyak dijual di Ubud.

 

Tempat Wisata

Jika suka dengan alam, Ubud adalah tempat yang pas! Silahkan cek website trip bule-bule di Bali hehe.

 

Tinggal di Hostel

Minggu pertama nebeng sama teman karena belum sempat nyari kosan. Setelah itu aku nginap di hostel yang cukup dekat dan dapat ditempuh sekitar 15 menit dari kantorku. Beruntungnya hostel ini baru dan harganya hanya 30 rb perhari untuk sewa perbulan. So lucky! Namanya Hostel Bulan Bali, recommended!

 

Sebenernya tinggal di Hostel untuk waktu yang cukup lama itu ngeri sih, apalagi kita ga tau budaya orang-orang bule. Namun, aku memberanikan diri karena menurutk di Ubud lebih tenang tipe turisnya dibandingkan tempat lainnya di Bali. Mereun

Self-awareness and Environment Friendly

Karakter turis di ubud cukup menarik, karena mereka cenderung sadar terhadap hal-hal berkaitan dengan kesehatan diri dan juga peka terhadap keadaan sekitar misalnya mengenai sampah.

Disini banyak banget yoga center yang membuka kelas-kelas yoga, dan rata-rata peserta yoga bukan orang Indo. Ada turis yang datang jauh-jauh untuk melakukan yoga selama satu bulan. Teman-teman hostelku juga melakukannya. Harganya beragam, semakin banyak kelas yang diikuti, semakin murah pula harganya.

 

Jpeg
Yoga

 

Selain itu, di Ubud banyak orang menggunakan material alami seperti bambu yang dipakai untuk sehari-hari dan juga untuk kebutuhan bangunan. Salah saltu arsitektur yang aku kagumi ada di Green School.

 

Masyarakat lokal

Masyarakat Bali suka liburan. Ngapain? Mereka tidak belibur di tempat wisata, melainkan melakukan tradisi upacara di banjar (sebutan untuk wilayah di Bali) masing-masing. Upacara adat di Bali masih sangat kental dan ketika menyaksikannya, kita bakalan penuh ‘waw’ alias terkejut. Kebersamaan yang kuat menjadi tradisi di pulau dewata ini.

Foto di atas namanya Palebon, upacara ngaben untuk keluarga raja. Biasanya di arak lalu dibakar.

 


 

Sekian sekilas info waktu aku tinggal di Ubud. Asik bangetlah pokoknya tinggal disana. Bikin gagal move on haha.


4 thoughts on “Bali Journey “Tinggal di Ubud”

  1. Hi.. ceritanya sangat menarik. Semakin antusias untuk segera pindah kesana. Boleh info lebih detail kah soal kosan di daerah ubud? Karena sempet cari” di mamikos kok agak susah. Aku akan pindah ke ubud perkiraan di bulan februari. Jadi sangat butuh info kos an yang nyaman. Mohon infonya. Terima kasih 🙂

    Like

    1. Halo maaf akhir-akhir ini off. Di ubud memang agak sulit untuk cari kosan, tipsnya bisa coba datangin homestay. Homestay juga bagus banget kok. range harga mungkin kisaran 1,5 juta (untuk 1 kamar dengan king bed size). tapi ada juga kosan yang jauh dari pusat kota dengan harga yang lebih terjangkau

      Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.